Dengan berakhirnya musim balap FIM CEV 2019, Llorenç Boggiano, penanggung jawab Astra Honda Racing Team di FIM CEV, melihat kembali kemajuan yang didapat oleh Mario Suryo Aji di kelas Moto3 serta Andi Gilang dan Gerry Salim di kelas Moto2. Musim ini merupakan masa adaptasi bagi setiap pebalap di kelas masing-masing. Mereka juga mewakili negara dengan menunjukkan penampilan terbaik dan beberapa kali finish 10 besar (setiap pebalap tiga kali melakukannya pada musim ini). Mario juga mencatat prestasi debut terbaik yang dibuat pebalap Astra Honda Racing Team ketika finis di posisi keempat pada balapan pertama di Eropa, tepatnya di Estoril.
Apa penilaian Anda pada FIM CEV musim ini untuk setiap pebalap Astra Honda Racing Team?
“Musim ini Gerry naik dari kelas Moto3 ke Moto2 di balapan FIM CEV
dan melakukan transisi yang cukup cepat. Dia beradaptasi dengan baik
dan gaya balapnya membuat dia bisa cepat, meskipun saya rasa dia masih
bisa berkembang dan lebih kompetitif di kelas ini. Dia merupakan pebalap
dengan bakat alami, tetapi hasil yang dia dapatkan kebanyakan diperoleh
dari hasil kerja keras. Dia terlahir sebagai pekerja keras.
Andi merupakan pebalap dengan bakat alami yang bagus dan bisa membalap dengan cepat tanpa harus berusaha keras. Dia juga punya pengalaman membalap dengan motor SuperSport 600cc dan 1000cc. Jadi, dia punya bekal lebih besar dan pangalaman lebih banyak dibanding Gerry dalam hal motor besar. Dia merupakan pebalap yang bagus saat balapan, ketika level performanya lebih tinggi dibandingkan saat latihan.
Mario merupakan pebalap Indonesia paling berbakat yang bergabung di tim sejauh ini, tetapi masih harus belajar tentang sistem balapan di Eropa. Dia punya banyak sekali potensi dan jika berusaha di jalur yang benar, dia akan bisa melangkah jauh.”

Dalam hal apa Mario paling berkembang sejak datang pada Februari lalu?
“Dia sudah berubah dalam banyak hal dan sudah mendapatkan banyak
pengalaman. Gaya balapnya sekarang lebih ke Eropa dibandingkan Asia.
Posisinya di atas motor sekarang juga berbeda, dengan titik referensi
yang berbeda. Sebelumnya, dia duduk terlalu ke belakang di atas motor,
kini sudah lebih di depan. Dia sering berubah posisi, sering miring, dan
karena hal itu risikonya untuk jatuh jadi lebih besar. Dia sudah
mencatat kemajuan setelah satu musim berakhir. Dia belajar bahwa tidak
ada pebalap di sini yang mencari teman, bahwa dia harus lebih agresif.
Para pebalap Eropa dan Spanyol tahu bahwa tidak ada yang mendapatkan
sesuatu dengan cuma-cuma di sini.”
Dalam hal apa Gerry paling berkembang tahun ini?
“Level fisiknya, yang sangat meningkat jika dibandingkan dengan
ketika datang pertama. Kami mengatur beberapa perubahan dalam program
latihannya, serta kemampuan balapnya juga meningkat. Kami mencoba
mengajari para pebalap untuk mengadaptasi gaya balap berdasarkan
kategori balapan mereka. Debut Gerry di Moto2 lebih baik dibandingkan
saat debut di kelas Moto3. Kami sudah memastikan bahwa gaya balapnya
lebih cocok untuk motor lebih besar.”
“Andi punya potensi besar dan kemampuannya bisa sangat meningkat di World Championship.”
Jumlah balapan Andi lebih sedikit. Apa saja yang sudah dia pelajari dari pengalamannya ikut FIM CEV?
“Andi sudah tahu kami sejak ketika ikut Moto3. Kini, dia harus
beradaptasi dari Stock 600 ke Moto2. Dari pelatih dan kru, dia belajar
untuk memperbaiki titik pengereman dan menyesuaikan gaya balap dengan
bagaimana motor Moto2 harus dikendarai. Dia punya pengalaman balapan di
Eropa karena ini merupakan musim ketiganya di sini, jadi dia tahu
seperti apa para pebalap Eropa bersaing.”

Apa keuntungan bagi pebalap dengan ikut kompetisi FIM CEV dan ARRC pada saat bersamaan?
“Bukannya keuntungan, saya rasa ini justru jadi kelemahan. Kamu
melakukan banyak lap, tetapi kamu secara terus menerus harus beradaptasi
dari motor 600cc ke Moto2, dan sebaliknya. Namun, saya tetap melihat
ada sisi positifnya juga karena tahu bagaimana beradaptasi dengan cepat
dari satu motor ke motor yang lain bisa membuatmu menjadi pebalap yang
lebih kuat.”
Andi dan Gerry melakukan debut World Championship pada musim ini. Bagaimana pengalaman ini bisa menjadi keuntungan buat mereka?
“Pebalap-pebalap terbaik di dunia ada di level Grand Prix.
Perbedaan besarnya dengan FIM CEV adalah bahwa setiap pebalap sangat
cepat sejak pit-lane dibuka. Mereka tidak bisa menunggu untuk mengikuti
pebalap lain karena jika melakukan hal itu mereka akan terkena penalti.
Mereka sudah harus tancap gas sejak keluar dari pit dan itu tidak mudah
untuk dilakukan. Pebalap di FIM CEV butuh waktu lebih untuk pemanasan,
saat kualifikasi dan saat balapan, dan itulah yang mereka pelajari –
bahwa kecepatan di FIM CEV akan meningkat secara bertahap, sementara di
World Championship mereka sudah cepat sejak awal.”

Bagaimana menurut Anda tentang naiknya Andi ke World Championship musim depan?
“Andi punya potensi besar dan kemampuannya bisa sangat meningkat
di World Championship. Ini merupakan peluang besar dan dia bisa banyak
belajar di sana.”
Apa langkah selanjutnya buat Mario?
“Mario perlu berlatih bagaimana bisa cepat sejak menit awal pada
setiap balapan. Dia juga harus tancap gas sejak start untuk memastikan
bisa bertahan di grup depan. Dia punya kemampuan untuk melakukan itu,
dia bisa cepat lap demi lap untuk melakukannya, tetapi dia terlalu
sering tercecer ke belakang pada lap-lap awal.”